SIFAT BATU GIOK
Batu
giok adalah sejenis batu mulia yang dalam peradaban manusia telah
dikenal sejak lebih 10.000 tahun lalu. Sifat – sifatnya yang sangat
istimewa seperti kekerasannya, berat jenisnya, sentuhannya, kilapnya dan
konon keampuhannya dalam melindungi pemakainya dari segala jenis mara
–bahaya menyebabkan batu giok memiliki daya tarik tertinggi dalam
sejarah kebudayaan Cina. Sampai saat ini batu giok masih dipercaya
sebagai simbol kesucian, keningratan dan perlindungan. Sungguhpun
penghargaan terhadap batu giok tidak pernah memudar sampai saat ini,
penilaian terhadap jenis dan keasliannya telah banyak berubah. Beragam
variasi batuan yang sebelumnya dianggap sebagai giok, ternyata tidak
sedikit yang tiruan atau substitute.
Batu giok yang dinyatakan asli di Dunia ini hanya dua jenis batuan yaitu nefrit (nephrite) dan jadeit (jadeite).
Berbeda dengan nefrite yang dikenal luas dalam kebudayaan Cina sejak zaman Neolitikum (6000 tahun sebelum Masehi), jadeit baru muncul pada pertengahan abad ke 18 yaitu pada masa Dinasti CHING (1644-1912). Jadeit yang asal-usulnya diimpor dari wilayah Burma, memiliki sifat-sifat yang berbeda dari nefrit, baik secara mineralogi ataupun gemologi. Mineral penyusunnya piroksen sedangkan nefrit amfibol, berat jenisnya lebih besar, transparansinya lebih tinggi dan warnanya lebih hidup dan lebih beragam. Di perdagangan, jadeit dihargai jauh lebih tinggi dari nefrit. Di antara sifat-sifat yang disyaratkan oleh para pemburu batu giok di Indonesia seperti tahan gores, tahan panas dan terasa dingin, hanya sifat tahan goreslah yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Hal ini dapat dimaklumi karena kekerasan batu giok cukup tinggi yaitu (dalam skala Mohs) sekitar 6,5 untuk nefrit dan 7,0 untuk jadeit. Sifat tahan gores ini merupakan metode pertama dalam membedakan giok asli dengan giok palsu, Tapi bagaimana cara & alat apa yang kita pakai untuk menggoresnya ?
Berbeda dengan nefrite yang dikenal luas dalam kebudayaan Cina sejak zaman Neolitikum (6000 tahun sebelum Masehi), jadeit baru muncul pada pertengahan abad ke 18 yaitu pada masa Dinasti CHING (1644-1912). Jadeit yang asal-usulnya diimpor dari wilayah Burma, memiliki sifat-sifat yang berbeda dari nefrit, baik secara mineralogi ataupun gemologi. Mineral penyusunnya piroksen sedangkan nefrit amfibol, berat jenisnya lebih besar, transparansinya lebih tinggi dan warnanya lebih hidup dan lebih beragam. Di perdagangan, jadeit dihargai jauh lebih tinggi dari nefrit. Di antara sifat-sifat yang disyaratkan oleh para pemburu batu giok di Indonesia seperti tahan gores, tahan panas dan terasa dingin, hanya sifat tahan goreslah yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Hal ini dapat dimaklumi karena kekerasan batu giok cukup tinggi yaitu (dalam skala Mohs) sekitar 6,5 untuk nefrit dan 7,0 untuk jadeit. Sifat tahan gores ini merupakan metode pertama dalam membedakan giok asli dengan giok palsu, Tapi bagaimana cara & alat apa yang kita pakai untuk menggoresnya ?
Apakah Tahan Panas ?
Mengenai sifat tahan panas, hal ini sangat bertentangan dengan hukum alam. Batu giok yang memiliki thermal diffusivity atau sifat menyebarkan panas 0,0160 cm2/detik, jadi kalau dipanasi di satu titik, temperaturnya akan naik lebih cepat
dibandingkan dengan beberapa jenis batuan lain seperti obsidian atau
batu kendan dari Garut (0,00688 cm2/detik), atau batuan phrehnit
berwarna hijau dari Kalimantan Selatan (0,0145 cm2/detik). Mengenai
sifatnya yang dingin, batu giok memang lebih dingin dari kebanyakan
batuan lain seperti obsidian, serpentin, atau prehnit karena batu giok
memiliki thermal inertia atau kelembaman panas lebih tinggi. Tetapi
apabila dibandingkan dengan mineral kelompok kwarsa, ternyata kelembaman
panasnya seimbang sehingga rasa dinginnya pun dapat dipastikan sama.
Dengan
demikian sungguh sulit dimengerti dan diterima dengan akal sehat kalau
di antara para pemburu atau penguji batu giok (disebut tester) khususnya
di indonesia mensyaratkan bahwa batu giok yang dicari harus Anti panas
atau tidak berubah suhunya jika dipanasi selama 15 menit, terasa dingin
dan seperti ruangan ber AC.
Para Peneliti Batu Giok / Jade seluruh Dunia pasti akan tertawa mendengar pengakuan bahwa pedagang / makelar / buyer indonesia mencari batu giok yang jika di panasi dengan api selama 15 menit, maka batu giok tersebut tidak akan terasa panas sedikitpun. Konon Giok anti panas ini, Buyer indonesia memasang harga beli mulai dari Rp. 300 Juta / Kg hingga sampai Rp. 1 Milyar / Kg.
MENGAPA DIBURU
Dengan
persyaratan khusus tersebut umumnya dilakukan oleh para pemburu yang
biasanya bertindak sebagai perantara dari bos mereka yang alamatnya
dirahasiakan. Konon bos mereka dipercaya oleh kedutaan besar Amerika
Serikat dan atau CIA untuk mencari batu giok untuk keperluan pesawat
angkasa dari Lembaga Antariksa Amerika Serikat atau NASA. Para pemburu
ini biasanya membawa beberapa orang teman yang salah satunya sebagai
tester atau penguji. Pihak penjual atau perantara biasanya memberikan
penjelasan bahwa batu giok yang akan mereka jual berasal dari warisan
nenek moyang atau didapat dari penggalian harta karun atau bahkan
didapat secara ghoib. Alasan penjualan untuk mendirikan atau merenovasi
pesantren. Harga yang mereka tiupkan sangat fantastis berkisar dari Rp.
300 juta sampai dengan Rp. 1 Milyar per kilo gram.
Dari
kenyataan tersebut, kita dapat berhipotesis deskriptif bahwa perburuan
batu giok ini kemungkinan besar dikendalikan oleh bos-bos profesional
yang mengerti betul tentang seluk – beluk batu giok. Mereka yakin bahwa di Indonesia masih tersimpan beragam jenis giok yang berasal dari negeri Cina.
Hal ini bukan sesuatu yang mustahil mengingat eratnya jalinan dagang
antara raja-raja di negeri Cina dengan raja-raja di Indonesia yang
berlangsung sejak ratusan tahun yang lalu. Dengan
memancing para pemilik dan kolektor dengan harga yang semu tinggi,
diharapkan bahwa pada suatu saat mereka akan dapat memperoleh giok –
giok antik atau giok berwarna hijau sprite jenis imperial yang kalau
diproses menjadi perhiasan harganya akan jauh berlipat. Hal ini
rupanya cukup dimengerti oleh para seniman, baik di Indonesia, di Cina
ataupun di Taiwan, sehingga mereka menciptakan giok tiruan dan giok
imitasi yang sifat-sifatnya secara sekilas hampir menyerupai giok asli.
Dengan
sedikit pengalaman dan kehati-hatian, misalnya dengan testing kekerasan
dan testing berat jenis, pasti akan dapat segera diketahui, apakah giok
yang ditawarkan benar-benar giok asli, giok tiruan atau giok imitasi .
Nah
setelah misteri dibalik perburuan batu giok ini terungkap, semoga kita
tidak akan terpengaruh lagi untuk ikut-ikutan berburu atau menjadi
perantara dalam jual - beli batu giok misterius yang selama ini tidak
saja memberikan harapan hampa kepada pelakunya melainkan juga kerugian
materiel. Sudah banyak orang yang hancur rumah
tangganya dan bangkrut terkuras uangnya gara gara berburu batu giok yang
aneh-aneh dan tidak pernah ada ini.
( Dikutip dari Tulisan Bapak Sujatmiko pada Koran Pikiran Rakyat yang diterbitkan pada tanggal 4 Oktober 1998. Beliau adalah anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia(IAGI) dan Sekjen Masyarakat Batumulia Indonesia (MBI) pada masa itu ).
harga nya serius ??
ReplyDelete