Seperti halnya istilah diamond yang mencakup intan sebagai bahan mentah dan berlihan setelah intan itu diproses menjadi batu permata, maka pengertian batu mulia yang bahasa Inggrisnya gemstone mencakup segala bahan mentah yang dapat diproses menjadi batu permata.
Begitulah pengertian batu mulia menurut ahli geologi sekaligus ahli batu mulia Ir Sujatmiko yang akrab disapa Miko.
Pemilik Pusat Promosi Batu Mulia Indonesia Gem-Afia ini sudah lebih dari 20 tahun berkecimpung di bidang batu mulia Indonesia. Saat berkunjung ke galeri Gem-Afia yang terletak di Jalan Pajajaran nomor 145, Bandung, Jawa Barat, Metrotvnews.com berkesempatan berbincang banyak dengan pria yang selalu dicari oleh para pecinta batu saat ini.
Pada kesempatan itu, Miko menjelaskan kerajinan batu mulia di Indonesia muncul pertama kali di Sukabumi, Jawa Barat sekitar 1920. Saat itu, pengrajin batu mulia hanya dua orang. Kemudian berkembang hingga lebih dari 1.000 orang. Namun, akibat krisis moneter 1998, banyaknya pesanan yang datang dari luar negeri membuat para pengrajin Sukabumi itu hengkang dan mengembangkan keterampilannya ke kota-kota besar di Indonesia, bahkan hingga ke Singapura dan Malaysia.
Hal inilah yang menjadi awal dari upaya Departemen Perindustrian dan Perdagangan serta beberapa instansi pemerintah berinisiatif mengembangkan industri kerajinan batu mulia di tanah air. Namun, akibat kurangnya konsistensi pembinaan dan bebasnya ekspor bahan mentah, maka sampai saat ini, kerajinan batu mulia di Indonesia kurang berkembang sebagaimana yang diharapkan.
Dari hasil inventarisasi Masyarakat Batu Mulia Indonesia selama dua dasawarsa terakhir, terungkap bahwa potensi batu mulia terdapat hampir di seluruh provinsi di Indonesia. Mulai dari Aceh, sampai Papua. Hal tersebut sangat erat kaitanya dengan peristiwa tektonik dan vulkanik yang terus menerus melanda kepulauan Indonesia sejak zaman Silur, sekitar 410 juta tahun yang lalu hingga saat ini.
Dalam peristiwa tesebut, magma dari perut bumi menerobos naik ke permukaan bumi sambil mengendapkan beragam jenis mineral dan batu mulia di rongga-rongga atau rekahan-rekahan batuan yang dijumpai di sepanjang perjalananya.
"Sejak zaman prasejarah dulu, selama 400 juta tahun itu Indonesia tidak pernah diam. Diganggu terus sama peristiwa gunung api, peristiwa tektonik, dan sebagainya. Kemudian magma yang keluar dari gunung-gunung api yang meletus, sambil membawa mineral berharga. Karena itu, di deretan gunung api ini, akan ditemukan batu mulianya."
"Di Indonesia itu, semua provinsi bisa ditemukan potensi batu mulia, termasuk Jogja di bagian selatan, yang tidak ada hanya di DKI Jakarta, tapi pasarnya ternyata di sana, bermiliar-miliar setiap hari batu mulia berhasil dijual," ujar Sujatmiko kepada Metrotvnews.com.
Beberapa provinsi yang dikenal mengandung potensi batu mulia antara lain Nangroe Aceh Darussalam (giok nefrit, fluorit, aventurin, kuarsa merah jambu, serpentin, kristal kuarsa, idokras), Sumatera Barat (kecubung ungu, garnet, serpentin, idokras), Riau (intan), Jambi (koral tersilisifikasi, fosil kayu), Sumatera Selatan (Kalsedon biru, kecubung aleksandrit, fosil kayu), Lampung (beragam jenis akuk, amber), Banten (opal, geode, akik, fosil kayu).
Jawa Barat (krisokola, krisopras, opal biru, kalsedon untu, batu pancawarna, "batu sabun"), Jawa Tengah (giok Jawa, heliotrop, tektit), Jawa Timur (karnelian, kalsedon, geode).
Batu mulia juga terdapat di provinsi lainnya, yaitu Sulawesi Tenggara (krisopras, opal hijau), Maluku Utara (krisokola kuarsa, jasper, kalsedon, karnelian), Kalimantan Selatan (intan, prenhit, rodonit akik, tektit), Kalimantan Tengah (kecubung ungu, kuarsa asap, sitrin), kristal kuarsa), dan Sulawesi Tengah (serpentin, jasper).
"Itu, misalnya di Jawa Barat ada kegiatan magma yang tua, yang usianya 16 sampai 38 juta tahun di bagian selatan, makin muda makin berpindah ke utara. Itu hubungannya sama peristiwa geografi yang kompleks. Pada saat ada benturan lempeng ini, menghasilkan kegiatan gunung api di selatan, sehingga hutan-hutan yang ada di sana, tertimbun dengan rempah-rempah gunung api, lalu dari magma dari bawah, mensuplai mineral dan batu mulia."
"Jadi di sana pada umumnya tua, sampai dengan 25 juta tahun lebih, sesudah itu dia bergeser ke utara kegiatan magma yang kedua. Yang sekarang ditandai dengan adanya Gunung Gede, Pangrango, terus sampai ke timur. Inilah yang menghasilkan batu-batu yang ada seperti Kalimaya, umurnya ada juga yang lebih muda, 5 juta tahun dan sebagainya lebih muda dari yang di selatan," jelas Miko.
Ia pun melanjutkan, "Itulah sebabnya kenapa Indonesia kaya. Tapi, kekayaan ini tadinya disepelekan, karena jenis batunya hanya batu setengah mulia atau 'semi prescious stone', yang enggak ada harganya, dijual di kaki lima. Tapi sekarang kan beda, ternyata batu yang dibilang tidak ada harganya sejak 20 tahun yang lalu bisa jadi raja di negeri sendiri, dan harus selalu jadi raja di negeri sendiri," tutup Miko.
metronews
No comments:
Post a Comment