Saturday, January 31, 2015

Motif Pemandangan, Batu Klawing Juara IGCse-Asia Tenggara



Motif Pemandangan, Batu Klawing Juara IGCse-Asia Tenggara

Masyakat di sekitar Sungai Klawing semula hanya memanfaatkan sungai tersebut untuk mencari ikan, menambang pasir, dan mengambil batu koral saja. Namun, pada beberapa bulan terakhir ini muncul fenomena baru di sepanjang sungai berupa perburuan batu semi mulia yang terdapat di kali tersebut.
 
Hal ini terjadi setelah ditemukannya jenis batuan yang dikenal dengan Panca Warna Naga Sui, Badar Lumut, Le Sang Du Christ, Telor Kodok dan banyak lagi jenis lainnya. Kamis (15/1/15), redaksi berkesempatan melihat lebih dekat perburuan batu antik tersebut.
Meskipun sejak 2009 sudah mulai ada perajin batu akik yang memanfaatkan batuan di Sungai Klawing, tetapi tidak seperti yang terjadi beberapa bulan terakhir ini. Puluhan perajin batu akik seolah menjamur di sepanjang sugai tersebut. Terlebih setelah Sugeng Setiyono (26) salah satu perajin yang bisa menjuarai even Indonesian Gemstunes Competition (IGC) se-Asia Tenggara yang diadakan di Jakarta 17-21 September 2014 lalu. Batu liontin Sugeng jadi juara kontes untuk kategori batu bermotif pemandangan.
Karpin (53) orang tua Sugeng, asal Desa Keradenan, Kecamatan Mrebet, Purbalingga mengatakan, lebih dari seratus lima puluh motif yang dihasilkan dari bongkahan-bongkahan batu semi mulia yang ada di Sungai Klawing. Tetapi yang menjadi ciri khas utamanya adalah motif Naga Sui. Karpin sendiri menekuni bengkel pembuatan batu akik di Klawing sejak 2009 lalu, menurutnya waktu itu baru ada satu orang perajin saja.
Sementara menurut Sugeng, walaupun Sungai Klawing memiliki bebatuan yang bernilai jual tinggi, para perajin tetap harus menguasai teknik khusus dalam pengolahannya. Dibutuhkan ketelitian untuk dapat membaca motif gambar yang dimiliki bebatuan tersebut, karena salah menempatkan motif gambar maka hasil yang diperoleh jadi tidak berkarakter. Demikian juga saat proses pembuatannya yang bertahap dari pemotongan, dibentuk, dan dihaluskan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, proses penghalusannya dilakukan sebanyak enam kali dengan bahan amplas yang berbeda-beda dari yang kasar sampai yang paling halus.
Berbeda dengan Karpin dan Sugeng, Kristianto (37) warga Desa Penaruban, Kecamatan Kaligondang, Purbalingga, awalnya hanya menjual bahan-bahan batu saja kepada para pembeli yang datang. Tapi setelah dirasa-rasa ternyata keuntungannya bisa lebih besar apabila dijual dalam bentuk yang sudah jadi. Ia pun baru memulai bengkel batu akik sekitar dua minggu yang lalu, mengolah batu-batu hasil pencariannya di Sungai Klawing yang kebetulan berada tidak jauh dari rumahnya.
Wanto (35) salah satu tetangga Kristianto yang juga berprofesi sebagai pencari batu di sepanjang Sungai Klawing menuturkan, sebelumnya masyarakat tidak mengetahui perihal potensi batu semi mulia tersebut. Hanya beberapa penambang batu saja yang mau mengambil batu-batu itu untuk memenuhi kebutuhan beberapa pembeli yang umumnya digunakan untuk hiasan taman saja. Tapi setelah tahu potensi tersebut, semua penambang baik penambang pasir maupun batu koral kini ramai-ramai mengumpulkan batu-batu semi mulia tersebut. ( metroterkini )

No comments:

Post a Comment